Wednesday, 13 October 2010 22:00
Page 1 of 2
zuhud
Dasar dan zuhud adalah ilmu dan cahaya yang memancar dalam kalbu dan melapangkan dada. Dengan cahaya itu akhirat jelas lebih baik dan kekal. Perbandingan dunia dengan akhirat
paling sederhana adalah ibarat buah-buahan dengan permata.
Allah Swt. berfirman:
“Dan janganlah kamu tunjukkan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Q.s. Thaha: 131)
Dan Allah swt. berfirman:
”Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian keuntungan di dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (Q.s. Asy-Syuura: 20).
Tentang hak Qarun, Allah swt. berfirman:
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya Ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’ Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu,‘Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh’.” (Q.s. Al-Qashash: 79-80).
Dijelaskan pula bahwa zuhud merupakan salah satu buah ilmu. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang pagi-pagi, dengan tujuan utamanya adalah dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusannya, memporak-porandakan pekerjaannya dan menjadikan kefakirannya ada di depan matanya, serta tidak memberinya bagian dunia, kecuali yang telah ditetapkan kepadanya. Dan barangsiapa yang pagi-pagi bertujuan akhirat, Allah akan menghimpun keinginan-keinginannya, memelihara pekerjaannya, menjadikan kekayaannya ada dalam kalbunya, dan dunia mendatanginya dalam keadaan patuh.”
Ketika ditanya tentang firman Allah Swt :
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.” (Q.s. Al-An’am: 125).
Yakni, tentang arti dan pengertian As-Syarhu (lapang), Rasulullah Saw. menjawab, “Ketika cahaya memasuki kalbu, ia jadi lapang dan luas.”
Ditanyakan kepada beliau, “Apakah hal itu memiliki tanda-tanda tertentu?”
“Benar,“ jawab Rasulullah, “memisahkan diri dari negeri yang penuh tipu daya, dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan untuk mati sebelum datangnya maut.”
Rasulullah Saw juga bersabda, “Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya!”
Dikatakan kepada beliau, “Kami memang malu.”
Rasulullah Saw. menimpali, ‘‘Kalian membangun apa yang tidak kalian tempati dan kalian memakan apa yang tidak kalian makan.”
Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang hidup zuhud di dunia, Allah memasukkan hikmah ke dalam kalbunya, menjadikan lisannya berbicara dengan (penuh) hikmah, memberitahunya tentang penyakit dunia dan obatnya, serta mengeluarkannya dari dunia dengan selamat (sejahtera) menuju ke negeri yang penuh kedamaian (Darus salam).”
Sabda beliau pula, “Seorang hamba itu tidak akan mencapai kesempurnaan hakikat iman, sehingga ia lebih mencintai untuk tidak dikenal daripada dikenal, dan sesuatu yang sedikit itu lebih ia cintai daripada sesuatu yang banyak.”
Dan sabda Rasulullah saw. berikutnya, “Jika Allah hendak mengaruniakan kebaikan kepada seseorang, Dia jadikan ia zuhud di dunia, menjadikan senang di akhirat, dan diperlihatkan cacat dirinya.”
Sabda beliau, “Hidup zuhudlah di dunia, niscaya kalian dicintai Allah swt, dan berzuhudlah terhadap apa yang jadi milik manusia, niscaya manusia mencintai diri kalian!”
Sabdanya pula, “Barangsiapa berkeinginan untuk diberi ilmu oleh Allah tanpa belajar, dan petunjuk tanpa hidayat, maka hendaklah ia hidup zuhud di dunia.”
Hidup zuhud memiliki esensi, dasar dan buah. Esensi zuhud adalah, menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan memalingkan diri darinya, penuh kepatuhan semaksimal mungkin.